PEMBAHASAN
STRESS
Istilah stres dalam fisika diartikan sebagai penggunaan kekuatan yang cukup
besar terhadap suatu obyek atau sistem untuk merusaknya atau merubah bentuknya.
Herbert Benson dalam bukunya “The Relaxation Response” memberi
batasan stres sebagai “enviromental demands that require behavioral
adjustment”. Batasan ini memberikan arti yang sama kepada stres sebagaimana
artinya dalam fisika yaitu adanya suatu kekuatan di luar obyek yang terkena
kekuatan tersebut. Dalam obyek timbul ketegangan tertentu untuk dapat
mempertahankan bentuknya. Pada manusia kekuatan lingkungan juga menimbulkan
ketegangan. Untuk dapat bertahan manusia perlu menyesuaikan perilaku dirinya.
Jika tak berhasil dalam penyesuaian dirinya ia akan berubah bentuknya atau akan
hancur.
Jenis Stress
1. Yang bersifat
organobiologik (fisik):
·
Kelelahan
fisik, seorang karyawan swasta yang kuliah lagI
·
Rudapaksa
fisik, kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhan seseorang
·
Gizi
kurang, seperti anak Somalia yang tatapan matanya sayu
·
Penyakit
infeksi, penyakit tifus sering diikuti dengan tingkah laku yang sangat gelisah
·
Tindakan
operasi, operasi payudata yang menyebabkan stres berat pada wanita
2. Yang bersifat
psiko-edukatif
Ini berarti ia berasal dari alam psikologik (kejiwaan) dan alam pendidikan
(edukasi) dari individu yang bersangkutan. Walaupun jenis-jenis stres itu dapat
disebutkan satu demi satu, perlu diketahui bahwa semua jenis stres itu
berpengaruh secara menyeluruh (integratif) terhadap perilaku individu. Dengan
demikian, tidak jarang dapat ditemukan suatu “pola stres” tertentu:
Ø
Berbagai
konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern/urban:
a.
Konflik
menantu dan mertua yang berkelanjutan, karena ketidakcocokan padahal tinggal
bersama.
b.
Ibu
rumah tangga yang tidak boleh bekerja lagi, padahal berpendidikan tinggi.
Ø
Berbagai
kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan “rendah diri” sehingga individu
“benar-benar” merasa dirinya terpukul “Antara lain dapat disebabkan kegagalan
dan rasa rendah diri di mana terasa sekali bahwa “ideal yang diidam-idamkan”
tidak mungkin tercapai, contoh: remaja putri yang tidak berhasil dalam
sepinmaru.
Ø
Berbagai
kondisi kehilangan “status” dan perasaan dirinya “cacat” atau “habis
riwayatnya”. Umpamanya bila orang benar diberhentikan dari posisinya, benar
kehilangan sebagian besar keuangannya yang dihimpunnya selama hidupnya, benar
kehilangan kawan seorang suami yang tertekan karena karier dan penghasilan
istri lebih tinggi dibandingkan dirinya.
Ø
Berbagai
kondisi iri hati karena dalam membandingkan diri dengan orang lain / pihak lain
(status, posisi, kekayaan, dll). Misalnya seorang karyawan yang mempunyai
kemampuan dan pendidikan lebih tinggi hanya menduduki jabatan yang lebih
rendah, sedangkan yang berada diposisi tersebut kurang kemampuannya tetapi
masih ada hubungan keluarga dengan pimpinan kantor.
Ø
Berbagai
kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang menentukan
kehidupan, umpama: penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi, kondisi
cacat (handicap). Misalnya seorang ibu walaupun cukup menarik tetap merasa
kurang karena hidungnya yang kurang mancung.
Ø
Berbagai
kondisi perasaan bersalah/berdosa. Tidak jarang berhubungan dengan kode moral
etik yang dijunjung tinggi secara pribadi, tetapi gagal dianut dalam praktek.
Seseorang yang tergoda orang ketiga sewaktu pasangannya sedang tugas belajar
kemudian merasa berdosa karena mengkhianati suaminya.
3. Stres
sosio-kultural
Kehidupan modern menempatkan individu-individu
dalam suatu “kancah stres sosio-kultural” yang cukup besar. Perubahan-perubahan
sosial / ekonomi dan sosial budaya berdatangan secara bertubi-tubi. Berbagai
kondisi stres dapat dikemukakan secara lebih terperinci, diantaranya :
- Berbagai fluktuasi ekonomi dan akibatnya (menciutnya anggaran rumah tangga; pengangguran; kegelisahan tertentu yang menimpa pribadi individu maupun kelompok, dan lain-lain). Bayangkan seorang istri yang harus mengatur gaji untuk kebutuhan 1 (satu) bulan semakin bingung karena kenaikan gaji yang diterima tidak memadai dengan kenaikan barang kebutuhannya.
- Kesenjangan hidup keluarga
- Berbagai indikator sosial kultural dapat dipergunakan untuk menilai hal tersebut, diantaranya jumlah perceraian; konflik yang mengakibatkan keretakan rumah tangga, berbagai kekecewaan dan sebagainya. Pengaruh urbanisasi dan modernisasi dengan peningkatan tuntutan dan efisiensi hidup dan finansiil / materiil tidak jarang melandasi kehidupan keluarga. Demikian pula tidak terpenuhinya hal-hal di bidang lain, “peranan” yang diharapkan dijalankan oleh pihak suami/istri mertua/orang tua/anak/menantu dan lain-lain.
- Ketidakpuasan bekerja
- Persaingan yang tajam, keras, dan bahkan tidak sehat
- Diskriminasi
- Perubahan sosial yang cepat
Perubahan cepat tidak senantiasa perlu berakibat buruk, bila disertai
dengan penyesuaian yang memadai di bidang etik dan moral konvensional. Bila
kesejajaran ini tidak harmonis, maka pola kehidupan konvensional akan
senantiasa merasa terancam dengan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Dalam
kondisi terburuk, maka nilai-nilai materialistik akan mendominasi sehingga
nilai-nilai religius – moralitik – spiritualistik terpengaruh dan melemah
karenanya. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya “benturan konflik”.
Sebagian diungkapkan, dan untuk sebagian sekedar disimpan dalam hati untuk
ditanggung dalam alam perasaan individu atau kelompok.
Tanggapan
Tubuh terhadap Stres (daya tahan)
Menurut Selye, stres merujuk pada suatu reaksi yang kompleks di
pihak organisme terhadap pengaruh atau dampak non-spesifik dari lingkungan
(pengaruh atau dampak itu dinamakan “stresor” atau “stimulus”). Sesuai dengan
berat ringannya stres dan lama-singkatnya stres berlangsung, tubuh
menanggapinya dalam tiga tahap:
1. Tahap “reaksi peringatan atau
alarm” (tanggapan terhadap bahaya)
Tanggapan ini berfungsi untuk mengerahkan sumber daya tubuh melawan stres.
Pada awal tanggapan terhadap bahaya itu, untuk sesaat reaksi tubuh turun di
bawah normal. Misalnya, tekanan darah, detak jantung, pernapasan berkurang.
Tetapi reaksi tubuh itu segera berbalik naik. Darah mengalir lebih cepat,
jantung berdetak lebih cepat, pernafasan lebih cepat, keringat banyak keluar.
Hal ini terjadi misalnya waktu kita menghadapi keadaan darurat misalnya hampir
terlanggar kendaraan waktu mau menyeberang jalan. Pada tahap ini, biasanya
orang berjuang mengatasi stres dengan melawan (fight) atau lari (flight) dari
sumber stres. Reaksi tubuh terhadap stres yang tinggi ini tak mungkin bertahan
lama. Maka bila stres terlalu keras dan tak terhindarkan, serta reaksi tubuh
yang intens tetap tak berkurang, organisme tubuh dapat hancur dalam beberapa
saat, jam atau hari. Jika tahap ini dapat diatasi, maka menyusul.
2. Tahap “adaptasi atau resistensi”
Gejala-gejala semula menghilang. Terjadi penyesuaian dengan perubahan
lingkungan, dan bersangkutan dengan ini terciptalah suatu peninggian “daya
tahan”. Dampak stresor atas organisme berkurang atau dinetralisasi. Tubuh tidak
banyak menunjukkan gejala-gejala stres, seolah-olah biasa saja. Tetapi tubuh
yang sudah menahan stres itu menjadi lemah jika menghadapi stres baru, sehinnga
mudah terkena penyakit.
3. Tahap “kelelahan” atau
exhaustion
Cadangan
adaptasi yang tersedia dalam organisme telah terpakai habis. Sekarang timbul
penyakit misalnya hipertensi, tukak lambung, encok, asthma, reaksi allergi,
penyakit jantung dan disebut sebagai “penyakit adaptasi”.
Dampak Stress
Orang yang mengalami stres dapat mengalaminya hanya untuk sementara waktu
saja atau dapat untuk waktu lama. Pada tahap yang terakhir stres psikologik
akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit psikis. Kesehatan jiwa
terganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita
neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dapat tidak sehat badan,
yaitu menderita penyakit fisik :
·
Tekanan
darah tinggi
·
Sakit
jantung
·
Sesak
nafas (Asthma Bronkhial)
·
Radang
lambung, tukak lambung atau usus
·
Sakit
kepala
·
Sakit
eksim kulit
·
Konstipasi
·
Aarthritis
·
Kanker
·
DLL.
Upaya
Pencegahan Stres:
1.
Jaga
kesehatan fisik dengan makanan bergizi, cukup istirahat dan olahraga
2.
Mempunyai
kepercayaan kepada Tuhan YME, hidup dalam pengharapan dan iman serta
menjalankan ajaran Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Menerima
segala peristiwa dalam kehidupan sebagai pelajaran dan dapat mengambil
hikmahnya.
4.
Jika
mempunyai masalah yang melibatkan emosi, cepat selesaikan dengan cara yang
benar. Jangan memendam emosi dan konflik.
5.
Belajar
tidak egois dan selalu mau menolong orang lain
6.
Percaya
diri, tidak rendah diri dan senang dengan dirinya (dapat menerima diri apa
adanya)
7.
Nikmati,
hayati, syukuri tiap-tiap menit yang berlalu (here and now, masa depan adalah
serial dari masa sekarang)
8.
Pupuklah
benih-benih cinta (kasih sayang)
9.
Kembangkan
rasa humor
10.
Carilah
nilai-nilai perjuangan dalam hidup, sehingga kita dapat menghadapi kehidupan
dengan ulet dan tahan bantingan.
Upaya
Penanggulangan Stres:
1.
Pemberian obat
(terapi medikamentosa)
ü Jika sudah menderita gangguan Jiwa,
pertama-tama penderita harus diberi obat dulu sesuai dengan diagnosisnya.
ü Hal ini perlu untuk menghilangkan gejala,
sehingga penderita kembali tenang dan dapat berpikir jernih, sehingga dapat
diberikan psikoterapi.
2.
Psikoterapi
Yaitu suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien
yang dilakukan oleh seorang yang terlatih, dalam hubungan profesional secara
sukarela, dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat
gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan
pertumbuhan kepribadian secara positif.
3.
Latihan Relaksasi
Relaksasi dapat mengurangi
kecemasan (anxietas), dapat menidurkan mereka yang menderita insomnia dan dapat
mengurangi rasa sakit kepala yang ditimbulkan oleh stres. Latihan relaksasi
dapat dilaksanakan dengan prosedur :
Ø relaksasi progresif (Jacobson)
Ø autogenic training (Schultz)
Ø meditasi
Ø biofeedback
Semua prosedur
diatas umumnya memiliki beberapa prinsip yang sama yakni :
- diusahakan timbulnya pengendoran otot-otot tubuh.
- harus dilakukan secara teratur dan berulang kali.
- individu itu dianjurkan untuk memakai relaksasi ini dalam menghadapi situasi stres sehari-hari.
- juga diberikan pada klien suatu prosedur kognitif untuk menciptakan pikiran yang tenang, umpama : pada autogenic training, mereka harus mengulang-ulang kalimat “lengan dan kakiku sekarang berat dan hangat”.
- persamaan yang paling kuat dari semua model prosedur relaksasi di atas adalah atensi pasif, yakni suatu fenomena yang berlawanan dengan jawaban aktif atau perjuangan yang umum dilaksanakan dalam menghadapi stres. Umpama : autogenic training, klien diajarkan untuk melaksanakan konsentrasi pasif. Dalam bio-feedback training diajarkan untuk bertindak berlawanan dari “usaha keras”.
4. Upaya yang
bersifat Lingkungan
a. Keluarga.
Seorang isteri / suami dapat merupakan sokongan
sosial yang sangat berharga bagi seorang yang sedang menderita stres. Demikian
pula halnya dengan orang tua bagi anaknya dan sebaliknya.
b.
Perkumpulan senasib / seprofesi.
Perkumpulan para lanjut usia, para remaja atau
kawan dan sebagainya banyak pula dapat pembantu anggotanya bila ia mengalami
suatu stres atau masalah.
c. Agama.
Berdoa bersama dalam agamanya telah banyak
memperlihatkan khasiatnya dalam memberikan kekuatan pada seseorang dalam
menghadapi persoalan-persoalannya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_6105/title_stres/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar