TUGAS
MATA KULIAH
SOSIOLOGI
OLAHRAGA
OLAHRAGA
DI TINJAU DARI ASPEK SOSIOLOGI
Oleh
:
RIZANI
RAHMAN
A1D007265
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN
KESEHATAN
BANJARBARU
2012
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi allah swt atas segala rahmat yang telah di berikan kepada
sayasehingga saya bisa menyusun makalah ini tentang Sosiologi Olahraga.
Makalah
ini di susun berdasarkan tugas yang di berikan oleh bapak dosen,sebagai syarat
akhir Mata kuliah Sosiologi Olahraga. Makalah ini saya susun dengan membaca
buku dan informasi dari internet.
Makalah
ini saya buat saya usahakan dapat di mengerti saya sendiri dan oranglain, bila
ada kesalahan mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, agar bisa perbaikan pembuatan makalah untuk
selanjutnya.
Akhir
kata, mudah-mudahan makalah ini memberi manfaat dalam kegiatan belajar
mengajar, khususnya dalam perkuliahan sehingga dapat mempermudahdalam proses
pembelajaran.
TTD
Penulis
BAB
1
PANDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kajian olahraga terhadap ilmu
olahraga diawali dengan keterlibatan sosiologi sebagai salah satu ilmu yang
digunakan untuk mengkaji fenomena keolahragaan. Konsep sosiologi dipaparkan
sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep sosiologi olahraga, khususnya
berkaitan dengan proses sosial yang menyebabkan terjadinya dinamika dan
perubahan nilai keolahragaan dari waktu ke waktu. Fenomena olahraga mengalami
perkembangan begitu pesat sampai kedalam seluruh aspek olahraga. Olahraga tidak
hanya dilakukan untuk tujuan kebugaran badan dan kesehatan, tetapi juga
menjangkau aspek politik, ekonomi, sosial,dan budaya. Oleh karenanya pemecahan
masalah dalam olahraga dilakukan dengan pendekatan inter-disiplin, dan salah
satu disiplin ilmu yang dimanfaatkan adalahsosiologi.
Dari sisi pelaku dan proses sosial yang terbentuk, semakin memantapkan keyakinan bahwa olahraga merupakan kegiatan yang kecil dan dilakukan dalam perikehidupan masyarakat, artinya fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat telah tercermin dalam aktivitas olahraga dengan terdapatnya nilai, norma, pranata, kelompok,
Sosiologi berupaya mempelajari masyarakat dipandang dari aspek hubungan antar individu atau kelompok secara dinamis, sehingga terjadi perubahan-perubahan sebagai wujud terbentuknya dan terwarisinya tata nilai dan budaya bagi kesejahteraan pelakunya untuk peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan secara utuh menyeluruh.
Dari sisi pelaku dan proses sosial yang terbentuk, semakin memantapkan keyakinan bahwa olahraga merupakan kegiatan yang kecil dan dilakukan dalam perikehidupan masyarakat, artinya fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat telah tercermin dalam aktivitas olahraga dengan terdapatnya nilai, norma, pranata, kelompok,
Sosiologi berupaya mempelajari masyarakat dipandang dari aspek hubungan antar individu atau kelompok secara dinamis, sehingga terjadi perubahan-perubahan sebagai wujud terbentuknya dan terwarisinya tata nilai dan budaya bagi kesejahteraan pelakunya untuk peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan secara utuh menyeluruh.
Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat yang
dipandang dari sudut hubungan antar manusia yang terwujud dalam suatu proses
sosial yang didalamnya melibatkan dan memunculkan struktur sosial, nilai,
norma, pranata, peranan, status, individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat,
sosiologi telah memberi kontribusi pada disiplin ilmu lain untuk keperluan praktis
dalam mengkaji dan memecahkan masalah yang muncul. Hasil kajian tersebut
digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pembinaan dan pengembangan disiplin ilmu terkait.
Disiplin sosiologi yang diterapkan atau digunakan untuk
mengkaji permasalahan yang ada pada disiplin ilmu keolahragaan, melahirkan
bidang kajian yang diberi label sosiologi olahraga. Latar belakang munculnya
kajian sosiologi olahraga ini dapat dikaji dari fenomena yang ada dalam dunia
keolahragaan, yaitu: pertama ilmu keolahragaan menggunakan pendekatan
inter-disiplin dan cross-disiplin dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi,
kedua, telah diyakini dan diakui kebenarannya suatu teori yang
menyatakan: “sport is reflect the social condition” atau “
sport is mirror of society”.
Sebagai disiplin ilmu baru, dan masih dalam proses
memperoleh pengakuan dari komunitas masyarakat ilmuwan, keberadaan olahraga
telah berkembang sedemikian pesat. Kajian terhadapnya dilakukan dalam frekuensi
dan intensitas yang tinggi, baik secara mikro, maupun makro.
Secara mikro, kajian ilmu olahraga difokuskan pada
upaya-upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas teori dan hukum
pendukung ilmu olahraga, sehingga dihasilkan temuan-temuan yang dapat
memperkokoh keberadaan olahraga sebagai fenomena aktivitas gerak insani yang
berbentuk pertandingan ataupun perlombaan, guna mencapai prestasi yang tinggi.
Kajian secara mikro dilakukan dalam konteks internal keolahragaan, yang secara
epistemologi diarahkan pada proses pemerolehan ilmu yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas gerak insani secara lebih efektif dan efisien.
Secara makro, kajian ilmu olahraga diarahkan pada aspek
fungsional kegiatan olahraga bagi siapapun yang terlibat langsung maupun tidak
langsung, seperti pelaku (atlet), penikmat (penonton), pemerintah, pebisnis dan
sebagainya. Pada konteks itu, olahraga dikaji secara aksiologis untuk
mengetahui pengaruh olahraga pada pelakunya sendiri atau khalayak luas,
terutama pengaruh sosial yang mengakibatkan posisi olahraga tidak lagi
dipandang sebagai aktivitas gerak insani an sich, melainkan telah berkembang
secara cepat merambah pada aspek-aspek perikehidupan manusia secara luas.
Olahraga pada era kini telah diakui keberadaan sebagai suatu fenomena yang
tidak lagi steril dari aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga
tidak berlebihan dikatakan bahwa pemecahan permasalahan dalam olahraga
mutlak diperlukan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah
sosiologi.
Olahraga yang hampir selalu berbentuk permainan yang menarik
telah dikaji keberadaan sejak dulu. Spencer (1873) menyatakan play
as the use of accumulated energy in unused faculties; Gross
(1898) menyatakan play was role practice for life; Mc
Dougal (1920) menyatakan play was the primitive expression of
instincts. Permainan atau play yang telah diformalkan menjadi
game telah diakui dapat berfungsi sebagai media untuk
mempersiapkan anak untuk berperan sebagai orang dewasa, bahkan Goerge H.
Head (1934) menyatakan games sebagai a medium for the
development of the self, sehingga lebih lanjut dikatakan game the
extend of man.
Beragam kondisi obyektif di masyarakat dapat dijadikan bukti
bahwa olahraga telah merambah pada kehidupan sosial manusia, misalnya: tak ada
satupun mass media yang tidak memuat berita olahraga, bahkan di Amerika telah
diyakini bahwa tanpa berita olahraga, banyak mass media yang akan bangkrut,
karena tidak akan dibaca oleh khalayak. Suatu pertandingan atau perlombaan
olahraga telah menyita perhatian berjuta manusia sebagai penikmatnya, telah
memakan jutaan dolar untuk penyelenggaraannya, belum lagi tenaga dan waktu yang
tersita untuk melaksanakan atau menikmatinya.
Pengaruh olahraga di masyarakat tidak sekedar penghayatan
menang atau kalah, tetapi lebih luas lagi menyangkut harga diri, kebanggaan,
penyaluran potensi-potensi destruktif, bahkan pada komunitas tertentu, olahraga
telah diakui kesejajarannya dengan agama. Dari paparan tersebut, olahraga telah
diakui sebagai mikrokosmos kehidupan masyarakat. Upaya pengkajian terhadap masyarakat
sebagai whole system dapat dilakukan dengan mengakaji fenomena
olahraga sebagai part systemnya. Oleh karena itu, memecahkan
masalah olahraga merupakan suatu upaya pendekatan terhadap masyarakat luas, dan
ini hanya mampu dilakukan dengan menggunakan sosiologi sebagai salah satu
disiplin ilmu yang dilibatkan.
BAB II
TEORI - TEORI
B.Bidang
Kajian.
Bidang kajian sosiologi olahraga
sangat luas, mengingat hal itu, para ahli terkait berupaya mencari
batasan-batasan bidang kajian yang relevan, misalnya:
- Heizemann menyatakan bagian dari teosi sosiologi yang dimasukkan dalam ilmu olahraga meliputi:
- Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis-garis sosial dalam kehidupan bersama, seperti kelompok olahraga, tim, klub dan sebagainya.
- Masalah figur sosial, seperti figur olahragawan, pembina, yang berkaitan dengan usia, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
- Plessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam industri modern dengan mengkaji teori kompensasi
- Philips dan Madge menulis buku “Women and Sport” menguraikan tentang fenomena kewanitaan yang aktif melakukan dipandang daris sudut sosiologi.
- G. Magname yang menulis buku “Sosiologie Van de Sport” menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam kehidupan sehari-hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara olahraga dan kebudayaan.
- John C. Phillips dalam bukunya yang berjudul Sociology of Sport, mengkaji tema-tema yang berhubungan dengan olahraga dan kebudayaan, pertumbuhan dan rasionalisasi dalam olahraga, pengaruh olahraga terhadap pelakunya, olahraga dalam lembaga pendidikan, wanita dalam olahraga, dan bisnis olahraga.
- Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga yang meliputi pranata sosial, seperti sekolah dan organisasi lain, dan proses sosial, seperti perkembangan status sosial atau prestise dalam kelompok dan masyarakat.
Dalam bidang penelitian, sosiologi olahraga membuka peluang
bagi pengkajian topik yang berkenaan dengan pranata sosial seperti sekolah dan
kehidupan politik, stratifikasi sosial, penonton dan motivnya, sosialisasi,
etika bertanding, dan masih banyak lagi. Beberapa isu pokok yang dicobaangkat
adalah masalah hubungan individu dan kelompok dalam olahraga yang berkaitan
dengan peranan dan isu gender, masalah ras, agama, nilai, norma, aspek politik,
ekonomi, dan rasionalisasi kegiatan olahraga di negara maju.
Berikut
ini ditampilkan contoh-contoh penelitian sosiologi olahraga yang dinyatakan
oleh Abdul Kadir Ateng:
- Pelepasan emosi (dengan cara yang dapat diterima masyarakat)
- Pembentukan pribadi (mengembangkan identitas diri)
- Kontrol sosial (penyerasian dan kemampuan prediksi)
- Sosialisasi (membangun perilaku dan nilai-nilai bersama yang sesuai)
- Perubahan sosial (interaksi sosial, asimilasi dan mobilitas)
- Kesadaran (pola tingkah laku yang benar)
- Keberhasilan (cara pencapaian dengan turut aktif atau sebagai penikmat)
B.
Pengertian
sosiologi.
Secara umum, sosiologi merupakan
ilmu yang mempelajari masyarakat dan proses-proses social yang terjadi di
dalamnya antar hubungan manusia dengan manusia, secara individu maupun
kelompok, baik dalam suasana formal maupun material, baik statis maupun
dinamis.
Menurut Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi, sosiologi diartikan sebagai ilmu masyarakat yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial,termasuk perubahan sosial.
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok
yaitu kaidah sosial (norma), lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial.
Proses social adalah pengaruh timbale balik antara berbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh timbale balik antara kemampuan ekonomi yang tinggi
dengan stabilitas politik dan hukum, stabilitas politik dengan budaya, dan
sebagainya.
Sosiologi merupakan
disiplin ilmu kategori bukan normatif, artinya bersifat non etis yakni kajian
dibatasi pada apa yang terjadi, sehingga tidak ada penilaian dalam proses
pemerolehan dan penyusunan teori.
Sosiologi merupakan disiplin ilmu pengetahuan murni, bukan ilmu pengetahuan terapan, artinya kajian sosiologi ditujukan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak.
Sosiologi meupakan ilmu pengetahuan empiris dan rasional artinya didasarkan pada observasi obyektif terhadap kenyataan dengan menggunakan penalaran.
Sosiologi bersifat teoritis yaitu berusaha menyusun secara abstrak dari hasil observasi. Abstrak merupakan kerangka unsur yang tersusun secara logis, bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat berbagai fenomena.
Sosiologi bersifat
komulatif, artinya teori yang tersusun didasarkan pada teori yang mendahuluinya.
Obyek suatu disiplin
ilmu dibedakan menjadi obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah
sesuatu yang menjadi bidang/kawasan kajian ilmu, sedang obyek formal adalah
sudut pandang / paradigma yang digunakan dalam mengkaji obyek material.
C. Pengertian
sosiologi Olahraga.
Sosiologi olahraga
merupakan ilmu terapan, yaitu kajian sosiologis pada masalah
keolahragaan.Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik perilaku
dalam bersaing dan kerjasama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh
nilai, norma, dan pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial dalam olahraga
mempelajari adanya tipe-tipe perilaku anggotannya dalam mencapai tujuan
bersama, kelompok sosial biasanya terwadahi dalam lembaga sosial, yaitu
organisasi sosial dan pranata. Beragam pranata yang ada ternyata terkait dengan
fenomena olahraga.
D. Bidang
Kajian Sosiologi Olahraga.
Bidang kajian sosiologi olahraga sangat luas,
mengingat hal itu para ahli berupaya mencari batasan bidang kajian yang relevan
misalnya:
Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam ilmu olahraga.
lessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam industri modern dengan mengkaji teori kompensasi. G Magname menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam kehidupan sehari-hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara olahraga dengan kebudayaan. John C.Phillips mengkaji tema yang berhubungan dengan olahraga dan kebudayaan, pertumbuhan, dan rasional dalam olahraga. Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga yang meliputi pranata sosial, seperti sekolah, dan proses sosial seperti perkembangan status sosial atau prestise dalam kelompok dan masyarakat.
Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam ilmu olahraga.
lessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam industri modern dengan mengkaji teori kompensasi. G Magname menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam kehidupan sehari-hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara olahraga dengan kebudayaan. John C.Phillips mengkaji tema yang berhubungan dengan olahraga dan kebudayaan, pertumbuhan, dan rasional dalam olahraga. Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga yang meliputi pranata sosial, seperti sekolah, dan proses sosial seperti perkembangan status sosial atau prestise dalam kelompok dan masyarakat.
BAB
III
IMPLIKASI
MASALAH
A. Olahraga
Di tinjau Dari Aspek Sosiologi.
Adapun
aspek-aspek yang meliputi sosiologi terhadap olahraga yang terlihat pada masyarakat dari zaman dulu
sampai sekarang meliputi :
Sosiologi mempelajari
struktur organisasi sosial dan sistem hubungan manusia dan interaksi. Sosiolog
mengasumsikan bahwa ada pesanan yang mendasari dan pola perilaku manusia, bahwa
perilaku kita adalah sebagian besar ditentukan secara sosial. Dengan demikian,
tidak seperti Psycologist, yang
berfokus pada individu melalui konsep seperti motivasi dan kepribadian,
Sosiolog tertarik dalam karakteristik sosial (misalnya, gender atau tingkat sosial), isu-isu sosial, dan faktor eksternal individu,
terutama karena mereka membentuk perilaku dan mempengaruhi gaya hidup.
Karena olahraga
dan aktivitas fisik telah menjadi unsur meluas dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi,
sosiologi olahraga sebagai mengajukan penelitian dan studi telah berkembang
dengan pesat sejak pertengahan 1960-an. tujuan utama dari sub disiplin ini
adalah:
1. Menemukan dan
menggambarkan proses pola sosial, dan masalah yang terkait dengan perilaku
individu dan kelompok dalam pengaturan olahraga.
2. Untuk
mengembangkan penjelasan proses pola sosial, dan masalah dengan menggunakan
perspektif teoritis dan alat-alat penelitian sosiologi.
3. Untuk mencari bukti-bukti penelitian yang akan menyangkal
Mitos yang berlaku, Stereotypes (pandangan negative) dan asumsi
tentang olahrga dan aktivitas fisik.
4. Untuk mengungkapkan, kritik, dan memperbaiki masalah
dalam olahraga yang disebut banyak menyapu dan membongkar motif studi
sosiologis.
5. Untuk menggunakan pengaturan olahraga dan kelompok untuk
lebih memahami aspek yang lebih umum dari realitas sosial dan interaksi sosial,
misalnya dengan menggunakan tim olahraga untuk mempelajari fenomena seperti
keefektifan kelompok berinteraksi, kelompok atau keberhasilan dan proses-proses
sosial yang terlibat dalam organisasi yang kompleks.
6. Untuk memberikan bukti kebijakan olahraga dan kebugaran
dan program yang dapat dikembangkan dan direvisi dan,
7. Untuk
mengidentifikasi dan menawarkan solusi untuk masalah-masalah sosial yang luas
dalam kegiatan pengaturan olahraga dan aktivitas fisik (misalnya obat-obatan,
kekerasan, diskriminasi, chating).
Sosiologi
olahraga dan aktivitas fisik menyelidiki struktur oraganization sosial dan
sistem interaksi manusia yang terjadi dan berhubungan dengan domain olahraga,
rekreasi, dan kegiatan fisik.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Sebagai calon guru yang memiliki
profesionalitas di bidang olahraga, maka kita perlu lebih memahami dan memiliki
pengetahuan tentang sosialisasi olahraga yang meliputi aspek-aspek pendukung,
demi kelancaran dalam menyelenggarakan suatu organisasi olahraga ataupun dalam
hal kependidikan.
Untuk itulah perlu pemahaman yang
lebih terarah pada penekanan bagaimana memasyarakatkan olahraga agar masyarakat
dapat menjadi manusia olahraga yang dapat mempunyai sifat disiplin, hidup
teratur, hidup sehat serta selalu bersikap sportif terhadap semua orang tanpa
memandang seseorang dari segi manapun.
Tetapi yang jauh lebih penting
adalah mendorong pertumbuhan roda bisnis dan ekonomi agar menjadi sebuah
industri olahraga yang bisa dinikmati pelaku olahraga dan masyarakat lainnya. Di
sanalah sebenarnya terletak "dana abadi" olahraga, dan di sana
pulalah arti paling hakiki dari kebangkitan olahraga Indonesia. Sehingga kita
bisa berteriak "OLAHRAGA INDONESIA KEBANGGAANKU!
B.
Saran.
Sebagai
calon pendidik hendaknya kita lebih memahami cara mempersiapkan diri dalam
memasyarakatkan olahraga khususnya dalam ilmu sosiologi olahraga demi
kelancaran tujuan yang ingin dicapai yakni menjadikan masyarakat yang sehat
jasmani maupun rohani.Selain itu fasilitas peralatan juga mendukung kelancaran
agar kelancaran proses sosialisasi tersebut, maka dari itu sudah saatnya kita
menyiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
mampir dulu ke blog ane ilmu ilmu bermanfaat
BalasHapushttp://indonugraha.blogspot.co.id/